Kita lebih mudah marah pada pasangan kita
ketimbang pada orang lain, benarkah? Bagiku itu benar sekali dan kurang tau
juga penyebabnya apa. Hingga kutemukan jawabannya saat tanpa sengaja menonton
acara motivasi di salah satu stasiun tv swasta nasional, yang menghadirkan motivator terkenal . Kenapa
saya bilang tidak sengaja menonton karena jujur saja acara itu bukan acara
favorit saya, karena kembali saya katakan secara jujur otak saya kurang cerdas
untuk mencerna kata-kata yang dilontarkan oleh sang motivator. Tapi entah
kenapa ketika menonton seri yang bertajuk “From Wedding Ring to Boxing Ring”
(maaf ya kalau tulisannya salah maklum bahasa Inggrisku level tiarap ) tiba-tiba kecantol malah pas iklan ngga mau ganti saluran televisi.
(maaf ya kalau tulisannya salah maklum bahasa Inggrisku level tiarap ) tiba-tiba kecantol malah pas iklan ngga mau ganti saluran televisi.
Pada acara tersebut banyak pertanyaan yang
terlontar dari penonton, seputar hubungan berumah tangga bersama pasangan.
Hubungan disini dalam artian ngga hanya sebatas hubungan diranjang tapi
bagaimana menjalani interaksi kehidupan sehari-hari. Ada sebuah pertanyaan dari
penonton yang kelihatan sudah cukup dewasa yang membuat saya sedikit tersenyum
karena pertanyaannya lumayan lucu tapi sesuai dengan apa yang saya alami boleh
dibilang begini pertanyaannya “ Pak
Motivator, Kenapa ya saya lebih mudah marah kepada pasangan saya sendiri
daripada istri orang lain?” Jiahhhhhhhhhh si bapak pertanyaannya lucu
memang situ berani marah pada istri orang lain kalaupun berani ada banyak
kemungkinan yang bapak alami, kemungkinan itu antara lain
1. Digebukin
suami orang yang bapak marahi
2. Dilaporin
polisi karena melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan
3. Dimarahi
istri sendiri yang curiga kok sumainya bisa marah-marah pada istri orang lain
Dan mungkin masih ada kemunkinan lain diluar
pemikiran saya. Mungkin teman-teman bisa membayangkan kemungkinan lain akibat
dari tindakan memarahi istri orang lain????
Oke mikirnya nati aja ya, balik lagi ke pertanyaan
tersebut dan kali ini jawaban dari si Pak motivator bisa saya mengerti. Bahwa
kenapa kita lebih mudah marah pada pasangan kita karena kita sudah menganggap
bahwa sekian lama bersama pasangan kita itu sudah mengerti apa yang kita mau
tanpa perlu kita beri tahu, nah ketika pasangan kita tak jeli untuk memenuhi
apa yang kita inginkan dengan tepat disaat itulah kita gampang untuk
menumpahkan amarah… amarah disini tidak hanya sebatas marah yang main tangan
seperti memukul misalnya, dengan berkata dengan nada tinggi itu juga sudah
disebut marah dan kata-kata yang paling sering muncul adalah misalnya seperti
ini “ Duh mama sudah sekian lama kita
hidup bersama kok gitu aja ngga ngerti???” disinilah diperlukan kesabaran
dan niat untuk mengerti bahwa pasangan kita juga manusia yang tidak luput dari
lupa atau kelalaian agar amarah kita tidak mudah meledak (cieee meledak seperti bom saja ya?) Ketika ada ketidaksesuaian dengan apa yang
kita inginkan bicarakanlah secara tenang dan baik-baik dengan duduk bersama dan
berbicara dengan santai atau menurut saya nih cara menyelesaikan selisih paham
dalam iklan sebuah produk teh dengan duduk sambil ngeteh bersama juga bisa
ditiru tuh agar kita tidak mudah untuk memarahi pasangan kita. Dan satu lagi
ini saran dari pak motivator ketika pasangan kita mulai menunjukkan amarahnya
katakanlah kalimat ini dengan lembut “ sayang
berhentilah marah atas nama cinta” biasanya cinta bisa melumpuhkan amarah ,
dengan mengingat indahnya saat bersama berbagi kasih sayang tanpa amarah itu
juga bisa meluluhkan amarah.
Intinya berbagi kasih sayang itu lebih indah
daripada berbagi amarah.. Betul tidak??????????????